Terra-Luna adalah ekosistem blockchain yang dikembangkan oleh Terraform Labs, sebuah perusahaan yang didirikan pada tahun 2018 oleh Do Kwon dan Daniel Shin di Seoul, Korea Selatan.
Ekosistem ini dirancang untuk mendukung pembayaran global yang stabil dan terjangkau melalui stablecoin algoritmik, dengan fokus pada stabilitas harga dan adopsi massal teknologi blockchain.
![]() |
Terra-Luna, Token |
Terra menggunakan dua token utama: TerraUSD (UST), sebuah stablecoin algoritmik yang dipatok ke dolar AS, dan LUNA, token asli yang berfungsi sebagai penyerap volatilitas, utilitas, dan tata kelola dalam ekosistem.
Namun, ekosistem ini mengalami kehancuran dramatis pada Mei 2022, yang dikenal sebagai salah satu kegagalan terbesar dalam sejarah kripto, menyebabkan kerugian sekitar $50 miliar.
Berikut adalah penjelasan mendalam tentang Terra-Luna, termasuk mekanisme, sejarah, kehancuran, dan perkembangan pasca-kejatuhan.
1. Latar Belakang dan Tujuan Terra-Luna
Terra didirikan untuk mengatasi masalah volatilitas harga yang umum terjadi pada kripto seperti Bitcoin dan Ethereum, yang membuatnya kurang cocok untuk transaksi sehari-hari.
Tujuan utama Terra adalah menciptakan sistem pembayaran global yang menggabungkan manfaat kripto (transaksi tanpa batas, cepat, dan murah) dengan stabilitas harga mata uang fiat.
Untuk mencapai ini, Terra menggunakan stablecoin algoritmik, yang berbeda dari stablecoin yang didukung aset fisik seperti USDT (Tether) atau USDC, yang memegang cadangan dolar AS.
Ekosistem Terra diintegrasikan dengan aplikasi pembayaran seperti Chai, sebuah platform pembayaran seluler di Korea Selatan yang digunakan oleh jutaan pengguna, memungkinkan transaksi e-commerce diproses melalui blockchain Terra dengan biaya rendah (2-3% untuk pedagang).
Terra juga mendukung pengembangan aplikasi terdesentralisasi (dApps), seperti Anchor Protocol (platform pinjaman dan tabungan) dan Mirror Protocol (platform derivatif sintetis).
2. Mekanisme Kerja Terra-Luna
Terra-Luna menggunakan sistem dua token yang saling melengkapi untuk menjaga stabilitas stablecoin:
a. TerraUSD (UST)
UST adalah stablecoin algoritmik yang dirancang untuk mempertahankan nilai $1 tanpa cadangan fisik (seperti dolar AS atau emas). Stabilitasnya dicapai melalui mekanisme "mint-and-burn" dengan LUNA.
Jika harga UST turun di bawah $1 (misalnya, $0.95), pengguna dapat menukar 1 UST dengan LUNA senilai $1, yang kemudian "dibakar" (dihapus dari sirkulasi), mengurangi pasokan UST dan mendorong harganya kembali ke $1.
Sebaliknya, jika harga UST naik di atas $1 (misalnya, $1.05), pengguna dapat menukar LUNA senilai $1 untuk 1 UST, yang meningkatkan pasokan UST dan menurunkan harganya kembali ke $1.
Mekanisme ini bergantung pada aktivitas arbitrase oleh pedagang yang memanfaatkan perbedaan harga untuk keuntungan.
b. LUNA
LUNA adalah token asli Terra yang memiliki beberapa fungsi:
- Penyerap Volatilitas: LUNA menyerap fluktuasi harga UST melalui mekanisme mint-and-burn.
- Utilitas: Digunakan untuk membayar biaya transaksi (gas fees) di blockchain Terra.
- Tata Kelola: Pemegang LUNA dapat mengajukan dan memilih proposal untuk pengembangan ekosistem.
- Staking: LUNA digunakan dalam konsensus Proof-of-Stake (PoS) berbasis Tendermint, di mana validator dan delegator memvalidasi transaksi dan menerima imbalan.
Pasokan LUNA bersifat elastis, dapat bertambah atau berkurang tergantung pada kebutuhan untuk menjaga keseimbangan UST.
c. Anchor Protocol
Anchor Protocol adalah komponen kunci dalam ekosistem Terra, menawarkan imbal hasil tinggi (sekitar 19-20%) untuk deposito UST. Ini menarik banyak investor, tetapi imbal hasil ini sebagian besar disubsidi oleh Terraform Labs, yang kemudian terbukti tidak berkelanjutan.
Protokol ini meningkatkan permintaan UST, tetapi juga menciptakan ketergantungan berbahaya pada inflow modal baru, yang oleh beberapa kritikus disebut mirip skema Ponzi.
d. Konsensus dan Infrastruktur
Terra menggunakan konsensus PoS berbasis Tendermint, dengan sekitar 130 validator yang memvalidasi transaksi berdasarkan jumlah LUNA yang di-stake.
Blockchain ini dibangun menggunakan Cosmos SDK, yang memungkinkan interoperabilitas dengan jaringan lain dan pengembangan stablecoin yang dipatok ke mata uang lain, seperti TerraKRW (dipatok ke won Korea Selatan) dan TerraSDR (dipatok ke keranjang mata uang IMF).
3. Kejayaan Terra-Luna
Sebelum kehancurannya, Terra adalah salah satu ekosistem kripto terbesar, dengan kapitalisasi pasar LUNA mencapai hampir $40 miliar pada April 2022, menjadikannya salah satu dari 10 kripto teratas. UST adalah stablecoin terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar. Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan Terra meliputi:
- Adopsi di Asia: Kemitraan dengan Chai dan platform pembayaran lain di Asia-Pasifik meningkatkan penggunaan UST untuk transaksi ritel.
- Imbal Hasil Tinggi: Anchor Protocol menarik investor dengan imbal hasil 19-20%, jauh lebih tinggi daripada produk keuangan tradisional.
- Komunitas Kuat: Penggemar Terra, yang disebut "Lunatics," mendukung proyek ini dengan antusias, dan Do Kwon, CEO Terraform Labs, dikenal sebagai "King of the Lunatics."
- Dukungan Institusional: Terra mendapat investasi dari dana ventura besar dan kemitraan dengan merek seperti Washington Nationals (tim bisbol AS).
Pada puncaknya, harga LUNA mencapai $119,18 pada April 2022, dan ekosistem ini memiliki total nilai terkunci (TVL) yang menempatkannya di peringkat kedua di antara protokol DeFi.
4. Kehancuran Terra-Luna (Mei 2022)
Pada Mei 2022, ekosistem Terra-Luna mengalami kehancuran yang dikenal sebagai "bank run" kripto, menghapus sekitar $50 miliar dalam kapitalisasi pasar dalam beberapa hari. Berikut adalah kronologi dan penyebabnya:
a. Pemicu Awal
Pada 7 Mei 2022, lebih dari $2 miliar UST ditarik dari Anchor Protocol, diikuti oleh likuidasi ratusan juta UST di pasar. Penarikan besar-besaran ini memicu penurunan harga UST hingga $0,91, mematahkan patokan $1-nya.
Penyebab pasti penarikan ini masih diperdebatkan. Beberapa pihak menduga ini adalah serangan terkoordinasi (Terraform Labs menuduh Citadel Securities pada Oktober 2023), sementara yang lain mengaitkannya dengan kekhawatiran investor tentang ketidakberlanjutan subsidi Anchor dan penurunan pasar kripto secara keseluruhan (Bitcoin turun signifikan pada 2022).
b. Spiral Kematian
Ketika UST kehilangan patokannya, mekanisme mint-and-burn menciptakan lebih banyak LUNA untuk menyerap tekanan jual UST.
Hal ini menyebabkan hiperinflasi LUNA, dengan pasokan LUNA melonjak dari 1 miliar menjadi 6 triliun dalam tiga hari.
Harga LUNA anjlok dari $80 menjadi hampir nol, dan UST turun hingga $0,10. Mekanisme algoritmik yang seharusnya menjaga stabilitas justru mempercepat kehancuran.
Luna Foundation Guard (LFG), yang menyimpan cadangan Bitcoin senilai $2,4 miliar untuk mendukung UST, gagal menstabilkan patokan karena cadangan ini cepat habis atau tidak digunakan secara efektif.
c. Faktor Penyumbang
Ketergantungan pada Anchor: Imbal hasil 19-20% di Anchor bergantung pada subsidi yang tidak berkelanjutan, dengan biaya harian mencapai $6 juta pada April 2022. Ketika investor menarik UST, sistem menjadi rentan.
Kurangnya Transparansi: Banyak investor kecil tidak memahami risiko konversi UST-LUNA atau sifat rapuh stablecoin algoritmik, sebagian karena promosi agresif oleh Terraform Labs.
Pasar Makro: Pasar kripto sedang dalam bear market, dengan Bitcoin turun 60% dari puncaknya, meningkatkan tekanan pada semua aset kripto.
Kelemahan Desain: Stablecoin algoritmik tidak memiliki cadangan fisik, membuatnya rentan terhadap kehilangan kepercayaan investor, mirip dengan bank run.
d. Dampak
Kerugian investor mencapai puluhan miliar dolar, dengan sekitar 280.000 investor di Korea Selatan terkena dampak.
Kehancuran Terra memicu efek domino, berkontribusi pada kebangkrutan entitas kripto seperti Three Arrows Capital dan FTX.
Pasar kripto global kehilangan lebih dari $400 miliar dalam nilai, memperdalam kepercayaan terhadap stablecoin dan DeFi.
5. Pasca-Kehancuran: Terra Classic dan Terra 2.0
Setelah kehancuran, Terraform Labs dan Do Kwon mengusulkan rencana pemulihan, yang disetujui oleh komunitas pada Mei 2022, meskipun mendapat kritik dari tokoh seperti Changpeng Zhao (Binance) dan Vitalik Buterin (Ethereum). Rencana ini menghasilkan dua rantai blockchain:
a. Terra Classic (LUNC)
Rantai asli Terra dinamai ulang menjadi Terra Classic, dengan token LUNA menjadi LUNA Classic (LUNC) dan UST menjadi TerraClassicUSD (USTC).
Stablecoin algoritmik dihentikan, dan LUNC sekarang berfungsi sebagai token tata kelola dan staking tanpa fungsi penyerapan volatilitas.
Harga LUNC anjlok menjadi $0,00006 (per Januari 2025), tetapi masih diperdagangkan di bursa seperti Binance dan KuCoin.
b. Terra 2.0 (LUNA)
Rantai baru, disebut Terra 2.0, diluncurkan pada 28 Mei 2022 tanpa stablecoin algoritmik. Token baru, LUNA, didistribusikan melalui airdrop kepada pemegang LUNC, USTC, dan pengembang dApps.
Terra 2.0 fokus pada pengembangan dApps dan ekosistem DeFi tanpa UST, dengan imbalan staking 7% tahunan untuk validator.
Harga LUNA saat ini sekitar $0,1675 (per Januari 2025), dengan kapitalisasi pasar sekitar $326 juta, menempatkannya di peringkat 361 di CoinGecko.
c. Status Terraform Labs
Pada 21 Januari 2024, Terraform Labs mengajukan kebangkrutan di bawah Bab 11 di AS, dengan proses likuidasi sedang berlangsung melalui Crypto Loss Claims Process.
Do Kwon menghadapi masalah hukum, termasuk surat perintah penahkitan dari Korea Selatan pada September 2022 atas dugaan penipuan dan pelanggaran pasar. Ia ditahan di Montenegro pada 2023 dan menghadapi kemungkinan ekstradisi.
6. Pelajaran dan Kritik
Kehancuran Terra-Luna memberikan pelajaran penting bagi industri kripto:
- Risiko Stablecoin Algoritmik: Tanpa cadangan fisik, stablecoin algoritmik sangat rentan terhadap kehilangan kepercayaan.
- Transparansi dan Pendidikan: Kurangnya pemahaman investor tentang risiko sistem Terra memperburuk kerugian.
- Regulasi: Kejadian ini meningkatkan pengawasan regulator global terhadap stablecoin, dengan regulasi seperti MiCA di UE menargetkan pengawasan ketat terhadap stablecoin besar.
- Desentralisasi Sejati: Kritikus berpendapat bahwa ketergantungan pada Terraform Labs dan Anchor menunjukkan kurangnya desentralisasi sejati.
Kritik terhadap Do Kwon mencakup promosi berlebihan tentang stabilitas UST dan kurangnya tanggapan yang memadai selama krisis. Beberapa investor bahkan mengajukan gugatan, menuduhnya melakukan penipuan atau penggalangan dana ilegal.
Tokenomics Terra-Luna
Tokenomics (token economics) Terra-Luna merujuk pada struktur ekonomi, distribusi, dan mekanisme yang mengatur dua token utama dalam ekosistem Terra: LUNA dan TerraUSD (UST) (sebelum kehancuran pada Mei 2022).
Ekosistem ini dirancang untuk mendukung stablecoin algoritmik dengan LUNA sebagai penyerap volatilitas dan mekanisme tata kelola. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang tokenomics Terra-Luna, termasuk perubahan pasca-kehancuran.
1. Tokenomics Sebelum Kehancuran (Hingga Mei 2022)
a. Dua Token Utama
Ekosistem Terra menggunakan dua token dengan fungsi yang saling melengkapi:
TerraUSD (UST): Stablecoin algoritmik yang dipatok ke dolar AS ($1). UST tidak didukung oleh cadangan fisik (seperti dolar atau emas) tetapi oleh mekanisme algoritmik dengan LUNA.
LUNA: Token asli yang berfungsi sebagai penyerap volatilitas, token tata kelola, dan utilitas untuk biaya transaksi di blockchain Terra.
b. Mekanisme Mint-and-Burn
Inti tokenomics Terra-Luna adalah mekanisme mint-and-burn untuk menjaga patokan UST:
Jika UST Turun di Bawah $1: Misalnya, UST turun ke $0.95, pengguna dapat menukar 1 UST dengan LUNA senilai $1. UST yang ditukar kemudian "dibakar" (dihapus dari sirkulasi), mengurangi pasokan UST dan mendorong harganya kembali ke $1. Proses ini mencetak (mint) LUNA baru, meningkatkan pasokan LUNA.
Jika UST Naik di Atas $1: Misalnya, UST naik ke $1.05, pengguna dapat menukar LUNA senilai $1 untuk 1 UST. LUNA yang ditukar dibakar, mengurangi pasokan LUNA, dan UST baru dicetak, meningkatkan pasokan UST untuk menurunkan harganya kembali ke $1.
Arbitrase: Mekanisme ini bergantung pada pedagang yang memanfaatkan perbedaan harga untuk keuntungan, sehingga menjaga patokan UST secara teori.
c. Pasokan dan Elastisitas
UST: Pasokan UST bersifat dinamis, bertambah atau berkurang berdasarkan permintaan pasar dan mekanisme mint-and-burn.
LUNA: Pasokan LUNA juga elastis, dapat bertambah (inflasi) atau berkurang (deflasi) tergantung pada kebutuhan untuk menstabilkan UST. Ketika permintaan UST tinggi, pasokan LUNA cenderung menyusut (karena LUNA dibakar untuk mencetak UST), yang meningkatkan nilai LUNA.
Anchor Protocol adalah dApp utama di ekosistem Terra, menawarkan imbal hasil tinggi (19-20% APY) untuk deposito UST. Ini meningkatkan permintaan UST, tetapi imbal hasil tersebut sebagian besar disubsidi oleh Terraform Labs, bukan dari keuntungan organik.
Subsisi ini menciptakan ketergantungan pada inflow modal baru, yang oleh beberapa kritikus disebut mirip skema Ponzi. Pada April 2022, Anchor menyumbang lebih dari 70% dari total nilai terkunci (TVL) Terra, dengan sekitar $14 miliar UST di-depositokan.
g. Distribusi Awal dan Cadangan
Distribusi LUNA: LUNA awalnya didistribusikan melalui penjualan token privat dan publik pada 2018-2019. Terraform Labs mengumpulkan sekitar $32 juta dari investor seperti Arrington XRP Capital dan Binance Labs.
Luna Foundation Guard (LFG): Dibentuk pada 2022 untuk menyimpan cadangan non-LUNA (seperti Bitcoin) guna mendukung patokan UST. Pada Mei 2022, LFG memiliki cadangan senilai $2,4 miliar, terutama dalam Bitcoin, tetapi ini terbukti tidak cukup selama krisis.
h. Inflasi dan Deflasi
Inflasi LUNA: Ketika permintaan UST rendah (dan UST turun di bawah $1), lebih banyak LUNA dicetak untuk menyerap tekanan jual UST, menyebabkan inflasi LUNA dan penurunan harganya.
Deflasi LUNA: Ketika permintaan UST tinggi (dan UST naik di atas $1), LUNA dibakar untuk mencetak UST, mengurangi pasokan LUNA dan meningkatkan nilainya.
g. Total Pasokan (Sebelum Kehancuran)
Pada April 2022, pasokan LUNA sekitar 1 miliar token, dengan kapitalisasi pasar mendekati $40 miliar pada puncaknya (harga LUNA $119,18).
Pasokan UST sekitar 18 miliar token, menjadikannya stablecoin terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar.
2. Kelemahan Tokenomics Sebelum Kehancuran
Tokenomics Terra-Luna memiliki beberapa kelemahan struktural yang berkontribusi pada kehancuran Mei 2022:
Ketergantungan pada Kepercayaan: Mekanisme algoritmik hanya berfungsi selama ada kepercayaan pasar. Jika investor kehilangan kepercayaan dan menjual UST secara massal, sistem tidak dapat menahan tekanan (seperti yang terjadi selama "bank run").
Hiperinflasi LUNA: Ketika UST kehilangan patokan, pencetakan LUNA yang masif (hiperinflasi) menyebabkan pasokan LUNA melonjak dari 1 miliar menjadi 6 triliun token dalam beberapa hari, menghancurkan nilainya.
Subsidi Tidak Berkelanjutan: Imbal hasil tinggi Anchor Protocol bergantung pada subsidi Terraform Labs, yang menghabiskan $6 juta per hari pada April 2022. Ini menciptakan ketergantungan pada inflow modal baru.
Cadangan Tidak Cukup: Cadangan LFG dalam Bitcoin tidak cukup untuk menahan tekanan jual besar-besaran, dan penggunaan cadangan ini selama krisis masih kontroversial.
3. Tokenomics Pasca-Kehancuran (Setelah Mei 2022)
Setelah kehancuran, ekosistem Terra terpecah menjadi dua rantai: Terra Classic (rantai lama) dan Terra 2.0 (rantai baru). Berikut perubahan tokenomicsnya:
a. Terra Classic (LUNC dan USTC)
LUNC (Luna Classic): Token LUNA asli dinamai ulang menjadi LUNC. Stablecoin algoritmik dihentikan, sehingga LUNC tidak lagi digunakan untuk menjaga patokan UST.
USTC (TerraClassicUSD): UST dinamai ulang menjadi USTC, tetapi tidak lagi dipatok ke $1 dan menjadi aset spekulatif dengan nilai sangat rendah ($0,02 per April 2025).
Fungsi LUNC:
- Tata Kelola: LUNC digunakan untuk voting proposal di Terra Classic.
- Staking: LUNC digunakan untuk staking, dengan imbalan dari biaya transaksi.
- Pembakaran (Burning): Komunitas menerapkan mekanisme pembakaran untuk mengurangi pasokan LUNC (misalnya, pajak 1,2% pada transaksi LUNC, yang kemudian dikurangi menjadi 0,2% setelah voting komunitas). Hingga April 2025, lebih dari 40 miliar LUNC telah dibakar.
- Pasokan LUNC: Pasokan LUNC sangat besar (sekitar 6,8 triliun token per April 2025) karena hiperinflasi selama krisis. Harga LUNC sangat rendah, sekitar $0,00008.
Tujuan: Komunitas Terra Classic berupaya merevitalisasi rantai ini dengan mengurangi pasokan LUNC melalui pembakaran, tetapi adopsi dan utilitas tetap terbatas.
b. Terra 2.0 (LUNA)
LUNA Baru: Terra 2.0 diluncurkan pada 28 Mei 2022 tanpa stablecoin algoritmik. Token LUNA baru didistribusikan melalui airdrop kepada pemegang LUNC, USTC, dan pengembang dApps.
Fungsi LUNA:
- Tata Kelola: Pemegang LUNA dapat mengajukan dan memilih proposal untuk pengembangan Terra 2.0.
- Staking: LUNA digunakan untuk staking dalam konsensus PoS, dengan imbalan staking sekitar 7% APY.
- Biaya Transaksi: LUNA digunakan untuk membayar gas fees.
- Pasokan LUNA: Pasokan awal LUNA 2.0 adalah 1 miliar token, dengan 30% didistribusikan melalui airdrop, 35% untuk pengembang dan komunitas, 25% untuk investor pra-kehancuran, dan sisanya untuk cadangan ekosistem.
Harga LUNA: Harga LUNA 2.0 sekitar $0,1675 per April 2025, jauh dari puncak LUNA asli.
Tujuan: Terra 2.0 fokus pada pengembangan dApps dan ekosistem DeFi tanpa stablecoin algoritmik, tetapi kepercayaan investor belum pulih sepenuhnya.
c. Perubahan Struktural
Tidak Ada Stablecoin Algoritmik: Terra 2.0 menghapus mekanisme mint-and-burn, sehingga LUNA tidak lagi bertugas menjaga patokan stablecoin.
Fokus pada DeFi: Terra 2.0 berusaha membangun ekosistem dApps, tetapi adopsi terbatas dibandingkan dengan sebelum kehancuran.
Komunitas Terpecah: Sebagian komunitas tetap mendukung Terra Classic (LUNC), sementara yang lain beralih ke Terra 2.0 (LUNA), menciptakan fragmentasi.
4. Distribusi dan Alokasi
Pra-Kehancuran:
LUNA awalnya didistribusikan melalui penjualan token privat dan publik pada 2018-2019. Terraform Labs mengalokasikan sebagian untuk tim, investor, dan pengembangan ekosistem.
Cadangan LFG (Bitcoin, AVAX, dll.) digunakan untuk mendukung UST, tetapi sebagian besar habis selama krisis.
Pasca-Kehancuran:
LUNC: Pasokan sangat besar karena hiperinflasi, dengan fokus komunitas pada pembakaran untuk mengurangi pasokan.
LUNA 2.0: Distribusi melalui airdrop dengan alokasi untuk pemegang lama, pengembang, dan ekosistem. Tidak ada penjualan token baru yang signifikan.
5. Analisis Tokenomics Pasca-Kehancuran
LUNC:
Kelebihan: Mekanisme pembakaran memberikan harapan untuk meningkatkan nilai dengan mengurangi pasokan, dan komunitas tetap aktif.
Kelemahan: Pasokan yang sangat besar dan utilitas yang rendah membuat pemulihan sulit. Harga LUNC sangat spekulatif.
LUNA 2.0:
Kelebihan: Tanpa stablecoin algoritmik, tokenomics lebih sederhana dan fokus pada utilitas DeFi.
Kelemahan: Kepercayaan investor rendah, adopsi dApps terbatas, dan persaingan ketat dengan blockchain lain seperti Ethereum atau Solana.
7. Status Terkini (April 2025)
Terra Classic (LUNC) tetap aktif tetapi dengan nilai yang sangat rendah, didukung oleh komunitas kecil yang berharap untuk revitalisasi.
Terra 2.0 (LUNA) berfokus pada pembangunan ekosistem DeFi baru, tetapi belum mendapatkan kembali kepercayaan atau adopsi seperti sebelumnya.
Pasar kripto terus memantau dampak jangka panjang dari kehancuran Terra, terutama pada regulasi stablecoin dan kepercayaan investor.
Kesimpulan
Terra-Luna awalnya adalah proyek ambisius yang bertujuan merevolusi pembayaran global dengan stablecoin algoritmik. Namun, desainnya yang rapuh, ketergantungan pada subsidi tidak berkelanjutan, dan kurangnya cadangan fisik menyebabkan kehancuran spektakuler pada Mei 2022, menghapus miliaran dolar dan mengguncang pasar kripto global.
Meskipun Terra 2.0 dan Terra Classic terus ada, ekosistem ini jauh dari kejayaannya, dan kasus ini menjadi peringatan tentang risiko inovasi keuangan yang tidak diatur dengan baik. Pelajaran dari Terra-Luna terus membentuk diskusi tentang masa depan stablecoin dan DeFi.
Sumber Informasi
- European Commission - "Proposal for a Regulation on Markets in Crypto-Assets (MiCA)"
- Wikipedia - "Terra (blockchain)"
- ScienceDirect - "Anatomy of a Stablecoin’s Failure
- MIT Sloan - "Anatomy of a Run: The Terra Luna Crash"
- CoinMarketCap - "Terra Classic Price Today"
- Cointelegraph - "What is Terra (LUNA)? A Beginner’s Guide
- Forbes - "What Really Happened To LUNA Crypto?"
- Decrypt - "What Is Terra? The Chaotic Algorithmic Stablecoin Protocol Explained"
- Corporate Finance Institute - "Terra - What it Was, Collapse, Stablecoin"
- NBER - "Anatomy of a Run: The Terra Luna Crash"