Apa itu Tether, Perusahaan di balik USDT, stablecoin terbesar di dunia

Tether adalah perusahaan di balik USDT, stablecoin terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Didirikan pada 2014, Tether bertujuan untuk menjembatani dunia keuangan tradisional dan kripto dengan menciptakan aset digital yang dipatok (pegged) ke mata uang fiat, terutama dolar AS, dengan rasio 1:1. 

USDT memungkinkan pengguna untuk bertransaksi di blockchain dengan stabilitas nilai yang mirip mata uang fiat, menjadikannya alat populer untuk perdagangan, remitansi, dan penyimpanan nilai di pasar kripto yang volatil.

Tether USDT
Tether USDT

Sejarah dan Pendirian

Tether awalnya diluncurkan sebagai Realcoin pada Juli 2014 oleh Brock Pierce, Reeve Collins, dan Craig Sellars, dengan basis operasional di Hong Kong. Nama "Tether" diadopsi pada November 2014 untuk mencerminkan konsep "menambatkan" nilai token ke aset dunia nyata. Perusahaan ini berafiliasi erat dengan Bitfinex, sebuah bursa kripto, karena beberapa eksekutifnya tumpang tindih, termasuk Paolo Ardoino, yang menjabat sebagai CEO Tether dan CTO Bitfinex.

USDT pertama kali diterbitkan di blockchain Bitcoin melalui protokol Omni Layer, tetapi sejak itu telah diperluas ke berbagai blockchain seperti Ethereum (sebagai token ERC-20), Tron, Solana, dan lainnya. Hingga April 2025, USDT memiliki kapitalisasi pasar lebih dari $139 miliar, mendominasi pasar stablecoin dengan pangsa sekitar 71%.

Cara Kerja Tether (USDT)

USDT adalah stablecoin yang dirancang untuk mempertahankan nilai stabil dengan rasio 1:1 terhadap dolar AS. Artinya, setiap 1 USDT seharusnya didukung oleh 1 dolar AS dalam cadangan Tether. 

Cadangan ini, menurut perusahaan, terdiri dari uang tunai, setara kas, dan aset likuid lainnya seperti surat utang pemerintah AS (U.S. Treasury bills). 

Pengguna dapat menukar USDT mereka dengan dolar AS melalui platform resmi Tether atau bursa yang mendukungnya, meskipun proses ini sering kali hanya tersedia untuk pelanggan terverifikasi.

USDT berfungsi sebagai "dolar digital" di ekosistem kripto, memungkinkan:

Perdagangan: Trader menggunakan USDT untuk melindungi nilai dari volatilitas kripto, misalnya dengan menukar Bitcoin ke USDT saat pasar turun.

Remitansi: Pengguna di negara berkembang sering menggunakan USDT untuk mengirim uang lintas batas dengan biaya rendah.

DeFi: USDT digunakan dalam protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi) untuk pinjaman, staking, atau yield farming.

Penyimpanan Nilai: Di negara dengan inflasi tinggi, seperti Venezuela atau Argentina, USDT menjadi alternatif untuk melindungi nilai dari devaluasi mata uang lokal.

Perkembangan dan Ekspansi

Tether telah berkembang jauh melampaui fungsi awalnya sebagai stablecoin. Berikut beberapa langkah strategis di bawah kepemimpinan Paolo Ardoino:

Integrasi Teknologi: Pada April 2025, Tether mengumumkan bahwa USDT akan tersedia di Bitcoin Lightning Network, memungkinkan transaksi lebih cepat dan murah melalui lapisan kedua Bitcoin. Ini dilakukan melalui protokol Taproot Assets yang dikembangkan oleh Lightning Labs.

Diversifikasi Blockchain: USDT kini tersedia di lebih dari 15 blockchain, termasuk Ethereum, Tron, dan Solana, untuk meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi.

Investasi Strategis: Tether mengalokasikan keuntungannya untuk investasi di berbagai sektor, termasuk energi berkelanjutan (penambangan Bitcoin ramah lingkungan di Uruguay), AI (Northern Data), dan bioteknologi (Blackrock Neurotech).

Inklusi Keuangan: Tether mendukung proyek seperti Volcano Energy di El Salvador untuk mempercepat adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi, serta berkolaborasi dengan kota Lugano, Swiss, untuk menerima USDT sebagai alat pembayaran pajak.

Volume transaksi USDT sangat besar, mencapai $10 triliun pada 2024, mendekati volume tahunan Visa, menunjukkan peran pentingnya dalam ekosistem keuangan global.

Kontroversi dan Kritik

Meskipun sukses, Tether menghadapi sejumlah kontroversi:

Transparansi Cadangan: Tether dikritik karena kurang transparan tentang komposisi cadangannya. Pada 2017-2018, muncul tuduhan bahwa Tether mencetak USDT tanpa cadangan penuh, memicu kekhawatiran tentang manipulasi pasar kripto. 

Pada 2021, Tether membayar denda $41 juta kepada Kantor Jaksa Agung New York setelah dianggap memberikan informasi menyesatkan tentang cadangannya. 

Sejak itu, Tether menerbitkan laporan cadangan triwulanan, menunjukkan bahwa mayoritas cadangannya kini dipegang dalam bentuk U.S. Treasury bills.

Penggunaan Ilegal: USDT sering dikaitkan dengan aktivitas ilegal seperti pencucian uang dan penipuan, termasuk skema "pig butchering" senilai $225 juta. Namun, Tether bekerja sama dengan lebih dari 200 agensi penegak hukum di 50 negara untuk melacak dan membekukan dana yang terkait dengan kejahatan.

Risiko Sistemik: Beberapa analis mengkhawatirkan bahwa kegagalan Tether dapat memicu krisis di pasar kripto, mengingat peran besar USDT dalam likuiditas. 

Tether membantah risiko ini, menegaskan bahwa cadangannya dikelola dengan hati-hati dan tidak bergantung pada keuntungan operasional untuk menutupi kewajiban.

Keunggulan dan Tantangan

Keunggulan:

  • Stabilitas: USDT menawarkan stabilitas harga di pasar kripto yang volatil.
  • Likuiditas: USDT diterima di hampir semua bursa kripto, menjadikannya salah satu aset paling likuid.
  • Aksesibilitas: Dengan kehadiran di berbagai blockchain, USDT mudah digunakan oleh pengguna di seluruh dunia.

Tantangan:

  • Regulasi: Stablecoin seperti USDT menghadapi pengawasan ketat dari regulator global, terutama di AS dan Uni Eropa, yang dapat membatasi operasinya di masa depan.
  • Persaingan: USDT bersaing dengan stablecoin lain seperti USDC (Circle) dan BUSD (sebelum ditutup), yang menawarkan transparansi lebih besar.
  • Kepercayaan: Meskipun telah meningkatkan transparansi, Tether masih harus bekerja keras untuk membangun kepercayaan penuh dari komunitas dan regulator.

Masa Depan Tether

Di bawah kepemimpinan Paolo Ardoino, Tether berambisi menjadi lebih dari sekadar stablecoin. 

Perusahaan ini berencana menginvestasikan lebih dari $1 miliar hingga Juni 2025 di berbagai sektor, termasuk infrastruktur keuangan alternatif, AI, dan bioteknologi. 

Dengan langkah seperti integrasi ke Bitcoin Lightning Network, Tether berupaya memperkuat posisinya sebagai tulang punggung keuangan terdesentralisasi, terutama di pasar berkembang di mana stablecoin menjadi alat penting untuk inklusi keuangan.

Sumber Informasi:

  • Tether Official Website: https://tether.to
  • CoinMarketCap: USDT Market Data
  • CoinDesk: "Tether’s History and Controversies"
  • The Block: "Tether’s Expansion into New Sectors"
  • Reuters: "Tether Settles with NYAG for $41 Million"
  • Forbes: "The Rise of Tether and Stablecoins"
  • WIRED: "Tether’s Role in Crypto Markets"
  • Bitcoin Ethereum News: "Tether on Lightning Network"
  • The Guardian: "Stablecoin Regulation Challenges"
  • Fortune Crypto: "Interview with Tether CEO Paolo Ardoino"

Media Sosial X Tether

caritau.info
caritau.info Caritau.info memberikan informasi seputar dunia cryptocurrency dan pasar forex yang diambil dari berbagai sumber media yang kredibel dari dalam dan luar negeri