Apple Inc. berencana untuk memindahkan seluruh perakitan iPhone yang ditujukan untuk pasar Amerika Serikat ke India pada akhir 2026.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok di tengah tekanan tarif perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
![]() |
Apple Inc dan india |
Menurut laporan The Financial Times dan Reuters, Apple menargetkan produksi lebih dari 60 juta iPhone per tahun di India untuk memenuhi permintaan pasar AS, yang merupakan salah satu pasar terbesar perusahaan tersebut.
Saat ini, sekitar 75-80% iPhone global masih diproduksi di Tiongkok, tetapi dengan tarif impor dari Tiongkok yang sempat mencapai lebih dari 100% sebelum beberapa pengecualian diberikan, Apple telah mempercepat diversifikasi rantai pasokannya.
India, yang dikenakan tarif impor AS sebesar 26%, menjadi alternatif yang lebih ekonomis dibandingkan Tiongkok.
Sejak Maret 2025, Apple telah mengirimkan sekitar 600 ton iPhone atau setara dengan 1,5 juta unit dari India ke AS menggunakan pesawat kargo untuk menghindari dampak tarif yang lebih tinggi.
Perusahaan juga meningkatkan produksi di India sebesar 20%, dengan memperluas operasi di pabrik Foxconn di Chennai dan bekerja sama dengan mitra lokal seperti Tata.
Pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, Apple telah merakit iPhone senilai $22 miliar di India, meningkat 60% dari tahun sebelumnya.
Langkah ini didukung oleh insentif pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi, termasuk subsidi sebesar $2,7 miliar untuk mendorong manufaktur elektronik.
Namun, analis memperingatkan bahwa perpindahan ini tidak akan sepenuhnya menghilangkan ketergantungan Apple pada Tiongkok, yang masih memiliki tenaga kerja terampil dan kapasitas produksi yang sulit ditandingi dalam skala global.
Dampak ekonomi dari perpindahan ini terhadap Tiongkok belum dapat dihitung secara pasti, tetapi akan mengurangi sebagian pendapatan manufaktur iPhone di negara tersebut.
Sementara itu, langkah Apple ini diperkirakan akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di India dan memperkuat posisi negara tersebut sebagai pusat manufaktur global.
Namun, produksi iPhone di AS, seperti yang diharapkan oleh beberapa pihak di pemerintahan Trump, masih dianggap tidak layak karena biaya tenaga kerja yang tinggi, yang dapat menaikkan harga iPhone secara signifikan.