Ketegangan Memanas antara Gedung Putih dan The Fed terkait suku bunga

Hubungan antara Gedung Putih dan Federal Reserve (Fed) kembali menjadi sorotan setelah pernyataan kontroversial Presiden Donald Trump mengenai Ketua Fed, Jerome Powell. 

Presiden Donald Trump dan Ketua Fed, Jerome Powell
Presiden Donald Trump dan Ketua Fed, Jerome Powell

Dalam wawancara terbaru, Trump mengklaim memiliki kuasa untuk memaksa Powell meninggalkan jabatannya, dengan menyatakan, 

“Jika saya memintanya, ia akan pergi. Jika saya bilang, ‘Jay, kamu harus keluar,’ ia akan keluar dari sana.” Trump juga menegaskan bahwa Powell “tidak melakukan tugasnya dengan baik” dalam menjalankan kebijakan moneter, sebuah pernyataan yang memicu kekhawatiran tentang independensi bank sentral Amerika Serikat.

Latar Belakang Ketegangan

Ketegangan antara Gedung Putih dan Fed bukanlah hal baru. Sejak masa kepemimpinan Trump sebelumnya (2017–2021), ia kerap mengkritik Powell dan kebijakan Fed, terutama terkait kenaikan suku bunga yang dianggapnya menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Kini, di tengah periode kedua kepresidenannya, Trump tampaknya kembali mempertajam kritiknya. Pada 12 April 2025, melalui akun media sosialnya, Trump memperingatkan Powell untuk “menghentikan permainan politik” dan segera memangkas suku bunga guna mendukung agenda ekonominya, termasuk kebijakan tarif perdagangan yang agresif.

Powell, yang menjabat sebagai Ketua Fed sejak 2018, dikenal karena sikap independennya dalam menjalankan kebijakan moneter. 

Fed memiliki mandat untuk menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja, sering kali dengan keputusan yang tidak sejalan dengan keinginan politik Gedung Putih. 

Kenaikan suku bunga yang dilakukan Fed sejak 2022 untuk mengendalikan inflasi telah memicu ketidakpuasan di kalangan politisi, termasuk Trump, yang menganggap langkah ini memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Pernyataan Trump dan Reaksi Pasar

Pernyataan Trump bahwa ia bisa memaksa Powell keluar dari Fed menimbulkan kekhawatiran serius tentang potensi pelanggaran independensi bank sentral, sebuah prinsip yang dianggap suci dalam sistem keuangan AS. 

Secara hukum, Presiden AS tidak memiliki wewenang langsung untuk memecat Ketua Fed, karena anggota dewan Fed dilindungi oleh undang-undang untuk menjalani masa jabatan tetap. 

Namun, tekanan politik dari Gedung Putih dapat menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan.

Pasar global bereaksi dengan volatilitas setelah pernyataan Trump. Indeks saham AS seperti Dow Jones dan S&P 500 mengalami fluktuasi, sementara nilai dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang utama. 

Harga emas, yang sering dianggap sebagai aset safe-haven, naik tipis sebesar 0,2% ke level $3.140 per ons, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kebijakan.

Dampak Kebijakan Tarif Trump

Ketegangan ini diperparah oleh kebijakan perdagangan Trump yang kontroversial. Pada awal April 2025, Trump mengumumkan tarif baru sebesar 10% untuk semua impor dan 25% untuk impor mobil, yang ditujukan terutama kepada Tiongkok, Uni Eropa, dan beberapa negara lain. 

Kebijakan ini memicu perang dagang baru, dengan Tiongkok membalas melalui tarif sebesar 125% untuk barang-barang AS.

Perang dagang ini menempatkan Fed dalam posisi sulit. Menurut laporan CNBC Indonesia, pejabat Fed menyatakan bahwa mereka “terjebak dalam dilema” antara menjaga stabilitas harga di tengah inflasi yang dipicu tarif dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang terancam melambat. 

Kenaikan tarif berpotensi meningkatkan harga barang impor, yang dapat memicu inflasi lebih lanjut, memaksa Fed untuk mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga, langkah yang bertentangan dengan keinginan Trump untuk pemangkasan suku bunga segera.

Komunikasi Powell dengan Gedung Putih

Meskipun independen, Powell diketahui sering berkomunikasi dengan Gedung Putih untuk membahas kebijakan ekonomi, terutama selama masa krisis. 

Menurut laporan Pintu News, komunikasi ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter Fed dan kebijakan fiskal pemerintah. Namun, komunikasi yang terlalu erat dapat memicu persepsi bahwa Fed dipengaruhi oleh tekanan politik, merusak kredibilitasnya.

Powell belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Trump terbaru. Namun, dalam pidato sebelumnya, ia menegaskan komitmen Fed untuk tetap independen dan berfokus pada data ekonomi, bukan tekanan politik. 

Pidato Powell yang dijadwalkan minggu depan, bersama dengan rilis data Nonfarm Payroll dan PMI Jasa ISM, akan menjadi sorotan pasar untuk mencari petunjuk arah kebijakan Fed.

Implikasi Jangka Panjang

Para ekonom memperingatkan bahwa ketegangan ini dapat memiliki konsekuensi serius. Pertama, tekanan politik terhadap Fed dapat melemahkan kepercayaan investor terhadap institusi tersebut, yang berpotensi mengganggu stabilitas keuangan global. 

Kedua, kombinasi perang dagang dan ketidakpastian kebijakan moneter dapat mempercepat risiko resesi. Model GDP Now dari Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan PDB AS untuk kuartal pertama 2025 hanya sebesar -3,7%, turun dari 2,8% pada akhir Maret, menandakan perlambatan ekonomi yang signifikan.

Selain itu, ketegangan ini dapat memperumit hubungan AS dengan mitra dagangnya. Negara-negara seperti Tiongkok dan Uni Eropa telah menyatakan kekhawatiran atas tarif Trump, dan eskalasi lebih lanjut dapat mengganggu rantai pasok global, memengaruhi negara-negara ketiga seperti Indonesia, di mana nilai tukar rupiah telah melemah akibat gejolak pasar internasional.

Tanggapan dari Berbagai Pihak

Beberapa anggota Kongres dari Partai Republik mendukung seruan Trump untuk pemangkasan suku bunga, dengan alasan bahwa langkah ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. 

Namun, Partai Demokrat dan sejumlah ekonom independen mengkritik pernyataan Trump sebagai upaya untuk melemahkan independensi Fed. 

Mantan Ketua Fed Ben Bernanke, dalam sebuah wawancara, menegaskan bahwa merusak kepercayaan.

 “tekanan politik terhadap bank sentral dapat merusak kepercayaan publik dan stabilitas ekonomi jangka panjang.” ujarnya

Di kalangan investor, sentimen beragam. Beberapa melihat tekanan Trump sebagai sinyal potensi kebijakan moneter yang lebih longgar, yang dapat menguntungkan pasar saham. Namun, yang lain khawatir bahwa ketidakpastian ini akan memicu volatilitas lebih lanjut.

Pasar kini menantikan langkah selanjutnya dari kedua belah pihak. Apakah Trump akan terus memperkeras retorikanya, atau akankah Powell mampu mempertahankan independensi Fed di tengah tekanan politik? 

Situasi ini akan terus dipantau karena dapat memengaruhi tidak hanya ekonomi AS, tetapi juga stabilitas keuangan global.

Sumber:

  • CNBC Indonesia, 17 April 2025
  • IDNFinancials, 12 April 2025
  • Pintu News, 19 Februari 2025
  • Tirto.id, 16 April 2025
  • FXStreet, 3 April 2025

caritau.info
caritau.info Caritau.info memberikan informasi seputar dunia cryptocurrency dan pasar forex yang diambil dari berbagai sumber media yang kredibel dari dalam dan luar negeri