Michael Saylor, sebagai pendiri dan ketua eksekutif MicroStrategy, telah menjadi salah satu pendukung paling vokal tentang potensi Bitcoin sebagai aset yang dapat mengubah paradigma ekonomi modern.
![]() |
Michael Saylor |
Salah satu pandangannya yang menarik adalah konsep bahwa Bitcoin dapat "mendemonetisasi" real estat, yang berarti mengurangi peran real estat sebagai penyimpan nilai utama dan mengalihkan fungsi tersebut ke Bitcoin.
Listen to Michael Saylor explaining how #Bitcoin is demonetizing real estate 🙌 pic.twitter.com/ImXzQmZNPJ
— Documenting Saylor (@saylordocs) March 12, 2025
Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana Saylor mengartikulasikan ide ini berdasarkan argumennya:
1. Real Estat sebagai Penyimpan Nilai Tradisional yang Bermasalah
Saylor berpendapat bahwa real estat, yang selama berabad-abad dianggap sebagai aset penyimpan nilai yang andal, memiliki kelemahan mendasar di era modern.
Dalam pandangannya, real estat bersifat fisik, tidak likuid, dan rentan terhadap berbagai risiko eksternal seperti perang, krisis ekonomi, bencana alam, atau kebijakan pemerintah (misalnya pajak properti atau perubahan zonasi).
Selain itu, real estat sulit dipindahkan, jika terjadi gejolak di suatu wilayah, pemilik tidak bisa "membawa" aset tersebut ke tempat lain.
Ketidakfleksibelan ini, menurut Saylor, membuat real estat kurang ideal sebagai penyimpan nilai di dunia yang semakin digital dan global.
Sebaliknya, Bitcoin adalah "properti digital" yang portabel, mudah dipindahkan lintas batas, dan tidak bergantung pada lokasi fisik tertentu.
Saylor sering membandingkan Bitcoin dengan "real estat digital" yang tidak memiliki batasan geografis atau kerentanan fisik, sehingga lebih unggul dalam konteks ekonomi abad ke-21.
2. Demonetisasi: Pergeseran Modal dari Real Estat ke Bitcoin
Saylor percaya bahwa Bitcoin, dengan pasokan terbatas 21 juta koin dan sifatnya yang tahan inflasi, akan menarik modal yang sebelumnya mengalir ke real estat.
Bitcoin outperforms real estate—more liquid, more scarce, and borderless wealth. pic.twitter.com/2JE3IJzxin
— Michael Saylor ⚡ Founder of MicroStrategy (Parody) (@Saylorsatsire) February 23, 2025
Dalam pandangannya, orang-orang secara tradisional menginvestasikan kekayaan mereka dalam properti untuk melindungi nilai dari inflasi atau ketidakstabilan mata uang fiat.
Namun, ketika inflasi meningkat dan kepercayaan terhadap mata uang fiat menurun, investor mulai mencari alternatif yang lebih efisien.
Bitcoin, dengan desain deflasionernya, menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap devaluasi dibandingkan real estat, yang nilainya bisa tergerus oleh faktor lokal atau biaya pemeliharaan.
Proses "demonetisasi" ini terjadi ketika investor mulai menjual aset real estat mereka yang kurang likuid dan sulit dikelola untuk membeli Bitcoin.
Saylor memperkirakan bahwa migrasi modal ini akan mempercepat seiring meningkatnya kesadaran akan keunggulan Bitcoin, sehingga mengurangi dominasi real estat sebagai penyimpan nilai utama dalam portofolio kekayaan global.
3. Keunggulan Teknologi Bitcoin atas Real Estat
Saylor sering menyoroti keunggulan teknis Bitcoin dibandingkan real estat. Dalam salah satu pernyataannya, ia menyebutkan "18 cacat fatal" real estat sebagai penyimpan nilai, di antaranya:
Biaya Pemeliharaan: Real estat memerlukan perawatan terus-menerus (perbaikan, pajak, asuransi), sedangkan Bitcoin tidak memiliki biaya fisik semacam itu.
Likuiditas Rendah: Menjual properti bisa memakan waktu berbulan-bulan, sementara Bitcoin dapat ditransaksikan dalam hitungan menit.
Kerusakan Nilai: Nilai real estat bisa jatuh akibat faktor eksternal seperti resesi atau kerusuhan, sedangkan Bitcoin, meskipun volatil, memiliki nilai intrinsik yang didukung oleh jaringan global dan kelangkaannya.
Portabilitas: Bitcoin dapat disimpan dalam dompet digital dan dibawa ke mana saja, sedangkan real estat terkunci pada lokasi tertentu.
Menurut Saylor, kelemahan-kelemahan ini membuat real estat "kuno" dibandingkan Bitcoin, yang ia anggap sebagai " properti puncak umat manusia" karena sifatnya yang murni digital dan tahan terhadap degradasi fisik.
4. Analogi dengan "Cyber Manhattan"
Saylor sering menggunakan analogi bahwa Bitcoin adalah "Cyber Manhattan" sebuah bentuk real estat digital yang langka dan sangat bernilai seperti pulau Manhattan di dunia fisik.
Ia berargumen bahwa seperti halnya Manhattan menjadi pusat ekonomi karena kelangkaan lahan dan lokasinya yang strategis, Bitcoin memiliki nilai serupa di ranah digital karena pasokannya yang terbatas dan adopsi globalnya yang meningkat.
Dalam visi ini, Bitcoin tidak hanya mendemonetisasi real estat fisik, tetapi juga menggantikannya sebagai aset premium yang diinginkan semua orang.
Ia bahkan menyatakan bahwa ia akan terus membeli Bitcoin meskipun harganya mencapai puncak, sama seperti ia akan membeli properti di Manhattan 100 atau 200 tahun lalu, karena nilainya akan terus meningkat seiring waktu.
Ini mencerminkan keyakinannya bahwa Bitcoin akan menjadi "ibu kota ekonomi dunia bebas" di masa depan.
5. Dampak Sosial dan Ekonomi
Saylor juga membahas dampak jangka panjang dari demonetisasi real estat oleh Bitcoin.
Ia berpendapat bahwa ketika real estat kehilangan statusnya sebagai penyimpan nilai utama, harga properti bisa menjadi lebih terjangkau, mengurangi tekanan ekonomi pada masyarakat yang selama ini kesulitan membeli rumah akibat melonjaknya harga properti.
Dalam hal ini, Bitcoin tidak hanya menguntungkan investor, tetapi juga memiliki potensi untuk "merevolusi" struktur ekonomi dengan mengalihkan fokus dari kepemilikan fisik ke aset digital.
Namun, ia mengakui bahwa proses ini akan memakan waktu dan bergantung pada adopsi yang lebih luas, baik oleh individu maupun institusi.
Strategi MicroStrategy sendiri, mengakumulasi lebih dari 500.000 BTC hingga April 2025 adalah bukti nyata dari keyakinan Saylor bahwa Bitcoin akan menggantikan aset tradisional seperti real estat dalam jangka panjang.
Secara sederhana, Saylor melihat Bitcoin mendemonetisasi real estat dengan cara mengalihkan peran real estat sebagai penyimpan nilai ke aset digital yang lebih efisien, portabel, dan tahan terhadap risiko fisik serta ekonomi.
Ia memandang Bitcoin sebagai evolusi logis dari konsep properti, yang menawarkan solusi atas keterbatasan real estat di dunia modern.
Dengan analogi seperti "Cyber Manhattan" dan argumen berbasis prinsip pertama, Saylor membangun narasi bahwa Bitcoin bukan hanya investasi, tetapi juga transformasi fundamental dalam cara manusia menyimpan dan mengelola kekayaan.
Meski begitu, pandangan ini tetap kontroversial, mengingat volatilitas Bitcoin dan ketergantungan real estat pada faktor lokal yang kompleks.