Rusia Umumkan Syarat Resmi untuk Akhiri Perang di Ukraina

Rusia secara resmi menyampaikan syarat-syarat untuk mengakhiri konflik berkepanjangan dengan Ukraina, sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam wawancara dengan surat kabar Brasil, O Globo. 

Pernyataan ini menegaskan posisi Rusia di tengah ketegangan global dan menjadi sorotan dunia internasional.

Tank perang Ukraina dan Rusia
Tank perang Ukraina dan Rusia

Menurut Lavrov, terdapat enam syarat utama yang harus dipenuhi untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian:

Demiliterisasi dan Denazifikasi Ukraina: Rusia menuntut Ukraina membubarkan kekuatan militer yang dianggap mengancam serta menghapus ideologi yang diklaim sebagai "neo-Nazi" oleh Moskow, meskipun tuduhan ini telah berulang kali dibantah oleh Kyiv sebagai propaganda.

Larangan Bergabung dengan NATO: Ukraina harus menjamin status netral dan tidak boleh bergabung dengan aliansi militer NATO, yang dianggap Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya.

Pengakuan Internasional atas Aneksasi Wilayah: Rusia menuntut komunitas internasional mengakui aneksasi Krimea (2014) serta wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, yang diambil Rusia pada 2022 melalui referendum yang dikecam sebagai ilegal oleh Barat.

Pencabutan Sanksi dan Pengembalian Aset: Rusia menuntut penghapusan sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat serta pengembalian aset Rusia yang dibekukan di luar negeri sejak invasi dimulai pada Februari 2022.

Penolakan Pengalihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia: Rusia menentang usulan AS untuk menyerahkan kendali pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang saat ini diduduki Rusia, kepada Ukraina atau pihak ketiga seperti Washington.

Pembatalan Undang-Undang Bahasa dan Budaya: Rusia menuntut Ukraina mencabut undang-undang yang dianggap membatasi penggunaan bahasa Rusia, budaya Rusia, serta pengaruh Gereja Ortodoks Rusia di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai diskriminasi terhadap komunitas berbahasa Rusia.

Pernyataan Lavrov ini muncul di tengah deadlock negosiasi perdamaian dan eskalasi ketegangan militer di Ukraina timur. 

Ukraina sendiri telah menolak syarat-syarat tersebut, menyebutnya sebagai "ultimatum yang setara dengan menyerah." Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menegaskan bahwa perdamaian hanya mungkin dicapai jika Rusia menarik pasukannya sepenuhnya dari wilayah Ukraina yang diakui secara internasional, termasuk Krimea.

Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, mengutuk syarat-syarat Rusia sebagai pelanggaran hukum internasional, terutama terkait aneksasi wilayah dan tekanan terhadap kedaulatan Ukraina. 

PBB juga telah menyatakan bahwa referendum di wilayah yang diduduki Rusia tidak memiliki legitimasi hukum.

Sementara itu, sanksi Barat terhadap Rusia terus diperketat, dengan kerugian ekonomi Rusia akibat perang dan sanksi diperkirakan mencapai 1,3 triliun dolar AS hingga 2025, menurut perkiraan pemerintah AS. 

Konflik ini juga telah menyebabkan krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, dengan lebih dari 8 juta warga Ukraina mengungsi ke luar negeri dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal di dalam negeri.

Hingga kini, prospek perdamaian tampak suram, dengan kedua belah pihak tetap kukuh pada posisinya. Dunia terus memantau perkembangan situasi, di tengah kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, termasuk potensi ancaman nuklir yang sempat diungkit oleh pejabat Rusia.

Dampak terhadap pasar

Pengumuman ini berpotensi memengaruhi pasar keuangan global, termasuk forex, emas, saham, dan kripto, meskipun dampaknya bergantung pada respons pasar terhadap ketidakpastian geopolitik dan eskalasi konflik. Berikut analisis dampaknya:

1. Pasar Forex

Penguatan Dolar AS (USD): Ketegangan geopolitik cenderung mendorong investor ke aset safe-haven seperti USD. Syarat Rusia yang sulit diterima Ukraina dan Barat dapat memperpanjang konflik, meningkatkan volatilitas di pasar forex, dengan USD menguat terhadap mata uang lain seperti euro (EUR) dan rubel Rusia (RUB). Pada 2022, invasi Rusia menyebabkan USD mencapai level tertinggi sejak 2020.

Depresiasi Rubel (RUB): Tuntutan Rusia, terutama pencabutan sanksi, kemungkinan ditolak Barat, mempertahankan tekanan pada RUB. Sanksi yang berlanjut dan ketidakpastian geopolitik dapat melemahkan RUB lebih lanjut.

Mata Uang Pasar Berkembang: Mata uang seperti rupiah (IDR) dapat terdepresiasi jika ketegangan meningkatkan harga komoditas (misalnya, minyak), memicu inflasi dan volatilitas nilai tukar. Pada 2022, IDR melemah mendekati Rp15.000 per USD akibat konflik.

Sentimen Pasar: Jika ada sinyal negosiasi damai, volatilitas forex bisa mereda, dan mata uang berisiko tinggi seperti AUD atau CAD mungkin menguat. Sebaliknya, eskalasi konflik akan memperkuat safe-haven seperti USD dan yen Jepang (JPY).

2. Emas (Gold)

Kenaikan Harga Emas: Emas dianggap aset safe-haven utama selama ketidakpastian geopolitik. Syarat Rusia yang kontroversial dapat meningkatkan ketegangan, mendorong permintaan emas. 

Pada Februari 2022, harga emas dunia mendekati $2.000 per ons saat invasi Rusia dimulai. Pada April 2025, ketegangan Rusia-Ukraina masih dikaitkan dengan kenaikan tajam harga emas.

Faktor Penahan: Jika konflik tidak segera meningkat atau ada kemajuan diplomatik, harga emas bisa terkoreksi, terutama jika investor beralih ke aset berisiko tinggi. Namun, dalam jangka pendek, emas kemungkinan tetap menarik karena ketidakpastian.

Korelasi dengan Inflasi: Kenaikan harga komoditas energi akibat konflik dapat memicu inflasi global, meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai.

3. Pasar Saham

Volatilitas Global: Syarat Rusia dapat memicu kepanikan pasar, seperti pada Februari 2022, ketika indeks saham global anjlok, termasuk IHSG (turun 2,5% pada hari pertama invasi) dan Nasdaq. Bursa AS juga terpukul pada Maret 2022 akibat konflik.

Sektor Komoditas Menguat: Kenaikan harga komoditas (minyak, gas, nikel, batu bara) akibat gangguan pasokan dari Rusia menguntungkan saham berbasis komoditas. 

Di Indonesia, saham seperti ANTM (naik 25,78% pada Februari 2022) dan INCO mendapat keuntungan. Saham energi juga meroket pada 2022.

Dampak Terbatas di Indonesia: Ekonom menilai dampak perang terhadap pasar modal Indonesia bersifat temporer, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dan capital inflow asing (Rp15,42 triliun pada Februari 2022). Namun, eskalasi konflik dapat memicu aksi jual jangka pendek.

Sektor Teknologi dan Konsumen: Saham teknologi (Nasdaq) dan konsumen cenderung tertekan karena investor menghindari aset berisiko tinggi selama ketegangan geopolitik.

4. Pasar Kripto

Volatilitas Tinggi: Pasar kripto sensitif terhadap sentimen risiko. Pada 24 Februari 2022, Bitcoin (BTC) anjlok di bawah $35.000 dan Ethereum (ETH) turun 12% akibat kepanikan invasi Rusia. 

Namun, sanksi terhadap Rusia pada akhir Februari 2022 memicu kenaikan BTC (15% dalam sehari) karena kripto digunakan untuk mengelak sanksi dan sebagai alat tukar di wilayah konflik.

Peran Kripto dalam Konflik: Ukraina memanfaatkan kripto untuk donasi melalui program “Bantuan untuk Ukraina,” sementara migran menggunakan kripto untuk membawa tabungan. 

Jika konflik berlanjut, permintaan kripto untuk transaksi lintas batas bisa meningkat, meskipun regulasi ketat mungkin membatasi penggunaannya.

Prospek Jangka Pendek: Eskalasi ketegangan akibat syarat Rusia dapat memicu penurunan awal harga kripto karena aksi jual aset berisiko. 

Namun, dalam jangka menengah, kripto seperti BTC bisa menguat jika digunakan sebagai alternatif di tengah sanksi atau ketidakstabilan perbankan.

Faktor Eksternal: Sentimen kripto juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS. Pengetatan suku bunga The Fed pada 2022 menekan kripto, dan hal serupa bisa terjadi jika konflik memicu inflasi lebih tinggi.

Kesimpulan

Pengumuman syarat Rusia untuk mengakhiri perang meningkatkan ketidakpastian geopolitik, memicu volatilitas di pasar keuangan. Forex kemungkinan melihat penguatan USD dan pelemahan RUB serta mata uang pasar berkembang. 

Emas akan naik sebagai safe-haven, didukung oleh ketegangan dan inflasi. Saham global mungkin tertekan, tetapi saham komoditas (energi, logam) di Indonesia bisa menguat karena kenaikan harga komoditas. 

Kripto menghadapi volatilitas tinggi, dengan potensi penurunan awal namun pemulihan jika digunakan sebagai alat tukar di tengah sanksi. Investor disarankan memantau perkembangan diplomatik dan diversifikasi portofolio untuk mengelola risiko.

Catatan: Dampak ini bersifat proyeksi berdasarkan tren historis dan sentimen pasar terkini. Pergerakan pasar dapat bervariasi tergantung pada respons global terhadap syarat Rusia dan dinamika konflik.

caritau.info
caritau.info Caritau.info memberikan informasi seputar dunia cryptocurrency dan pasar forex yang diambil dari berbagai sumber media yang kredibel dari dalam dan luar negeri