Chris Larsen adalah seorang pengusaha, investor, dan visioner di bidang teknologi finansial (fintech) yang dikenal sebagai salah satu pendiri Ripple Labs, perusahaan di balik XRP Ledger dan mata uang digital XRP.
Lahir pada tahun 1960 di San Francisco, California, Larsen telah membangun karier yang mengesankan dengan fokus pada inovasi pro-konsumen, privasi keuangan, dan transformasi sistem pembayaran global melalui teknologi blockchain.
![]() |
Chris Larsen, pendiri Ripple Labs |
Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman di berbagai startup teknologi, ia menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam industri kripto, bahkan sempat menjadi salah satu orang terkaya di dunia berkat kesuksesan XRP.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Chris Larsen lahir pada 30 November 1960 di San Francisco, California. Ibunya adalah seorang ilustrator lepas, sementara ayahnya bekerja sebagai mekanik pesawat untuk United Airlines di Bandara Internasional San Francisco.
Larsen dibesarkan dalam lingkungan kelas pekerja, yang membentuk perspektifnya tentang pentingnya akses keuangan yang adil bagi masyarakat umum.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, ia melanjutkan studi di San Francisco State University, di mana ia meraih gelar B.S. dalam bidang bisnis internasional dan akuntansi pada tahun 1984.
Ia adalah mahasiswa generasi pertama di keluarganya, sebuah prestasi yang kemudian diakui ketika ia dinobatkan sebagai Alumnus of the Year oleh universitas tersebut pada tahun 2004.
Setelah bekerja beberapa tahun, Larsen melanjutkan pendidikannya dengan meraih gelar M.B.A. dari Stanford Graduate School of Business pada tahun 1991.
Selama masa awal kariernya, ia bekerja untuk Chevron, sebuah perusahaan energi multinasional, di mana ia melakukan audit keuangan di berbagai negara seperti Brasil, Ekuador, dan Indonesia.
Pengalaman ini memberinya wawasan tentang sistem pembayaran internasional dan tantangan dalam transfer lintas batas, yang kemudian menjadi inspirasi untuk proyek-proyeknya di masa depan.
Karier Awal: E-Loan dan Prosper Marketplace
Karier Larsen di bidang teknologi dimulai pada awal 1990-an ketika ia bekerja sebagai pemberi pinjaman hipotek di Palo Alto, California.
Bersama rekannya, Janina Pawlowski, ia mendirikan E-Loan pada tahun 1996, sebuah platform pinjaman hipotek online yang menjadi salah satu yang pertama di Amerika Serikat.
E-Loan dikenal sebagai pelopor dalam memberikan akses terbuka kepada konsumen untuk melihat skor kredit FICO mereka, sebuah langkah revolusioner pada masa itu yang mendukung transparansi keuangan.
Di bawah kepemimpinannya, E-Loan mencapai valuasi pasar sebesar $1 miliar pada tahun 2000 dan menjadi perusahaan yang menguntungkan selama delapan kuartal berturut-turut hingga Mei 2004, dengan total pinjaman konsumen yang dijual senilai lebih dari $18,9 miliar sejak didirikan.
Larsen meninggalkan E-Loan pada tahun 2005 setelah perusahaan tersebut dijual ke Banco Popular.
Setelah E-Loan, Larsen melanjutkan inovasinya dengan mendirikan Prosper Marketplace pada tahun 2006, platform pinjaman peer-to-peer (P2P) pertama di Amerika Serikat.
Prosper memungkinkan individu untuk meminjam atau menginvestasikan uang secara langsung tanpa perantara bank tradisional, sebuah konsep yang awalnya diragukan oleh banyak orang tetapi kemudian terbukti sukses.
Larsen menjabat sebagai CEO Prosper hingga 2012, sebelum beralih fokus ke proyek berikutnya yang akan mengubah lanskap fintech: Ripple.
Pendiri Ripple dan XRP Ledger
Pada tahun 2012, Larsen bersama Jed McCaleb dan Arthur Britto mendirikan OpenCoin, yang kemudian berganti nama menjadi Ripple Labs pada tahun 2013.
Perusahaan ini mengembangkan Ripple, sebuah protokol pembayaran terdistribusi berbasis blockchain yang memungkinkan transfer uang lintas batas secara instan dengan biaya sangat rendah.
Ripple menggunakan XRP sebagai mata uang jembatan untuk memfasilitasi konversi antar mata uang fiat, mengatasi masalah lambatnya sistem perbankan tradisional seperti SWIFT.
Protokol ini dirancang untuk mengintegrasikan sistem TI bank, menjadikannya solusi yang menarik bagi institusi keuangan.
Ripple dengan cepat mendapatkan perhatian global. Pada tahun 2014, Ripple menjadi kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar setelah Bitcoin, dan Ripple Labs dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Perusahaan Terpintar oleh MIT Technology Review.
Pada tahun 2015, perusahaan ini juga masuk dalam daftar 10 Perusahaan Paling Inovatif di Bidang Keuangan oleh Fast Company.
Larsen menjabat sebagai CEO Ripple hingga akhir 2016, sebelum beralih menjadi Executive Chairman, posisi yang ia pegang hingga saat ini. Di bawah kepemimpinannya, Ripple telah bermitra dengan lebih dari 1.000 perusahaan di seluruh dunia, menangani transaksi senilai lebih dari $30 miliar hingga 2025.
Kontribusi dan Pandangan Pro-Konsumen
Larsen dikenal sebagai sosok yang "radikal pro-konsumen." Salah satu kontribusi terbesarnya di luar teknologi adalah advokasinya untuk privasi keuangan.
Pada tahun 2001, ia mendirikan koalisi Californians for Privacy Now dan mengumpulkan 600.000 tanda tangan untuk mendukung undang-undang privasi keuangan yang diajukan oleh anggota DPR AS Jackie Speier.
Kampanye ini, yang didanai Larsen sebesar $1 juta dari uang pribadinya, berhasil meloloskan undang-undang privasi keuangan terketat di AS pada Agustus 2003, yang kemudian menjadi standar nasional. Speier menyebut Larsen sebagai "kunci keberhasilan undang-undang tersebut."
Visi Larsen untuk "Internet of Value", sebuah sistem di mana nilai dapat ditransfer secepat informasi di internet menjadi inti dari misi Ripple.
Ia percaya bahwa interoperabilitas dalam sistem pembayaran global adalah "holy grail" keuangan, yang dapat menghilangkan biaya tambahan akibat fragmentasi sistem pembayaran antar negara dan perusahaan.
Ripple memanfaatkan keunggulan teknologi blockchain untuk mewujudkan visi ini, menawarkan solusi yang lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan Bitcoin, sekaligus tetap mempertahankan keamanan melalui ledger terdesentralisasi.
Kekayaan dan Dampak Pasar Kripto
Kekayaan Larsen sangat terkait dengan nilai XRP. Ia memiliki 5,19 miliar XRP dan 17% saham di Ripple Labs.
Pada Januari 2018, ketika harga XRP mencapai titik tertinggi sepanjang masa $3,84, kekayaan bersih Larsen melonjak hingga $59,9 miliar, menjadikannya orang terkaya kelima di dunia menurut Forbes, bahkan melampaui Mark Zuckerberg untuk sementara waktu.
Namun, volatilitas pasar kripto menyebabkan fluktuasi besar; setelah gugatan SEC AS terhadap Ripple pada Desember 2020, harga XRP anjlok, dan kekayaan Larsen turun drastis.
Pada Februari 2024, kekayaan bersihnya diperkirakan sekitar $2,9 miliar, meskipun kemudian naik kembali menjadi $9,2 miliar pada Desember 2024 setelah lonjakan harga XRP sebesar 390% pasca pemilu AS.
Gugatan SEC, yang menuduh Ripple menjual XRP sebagai sekuritas yang tidak terdaftar, menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Larsen dan Ripple.
Pada Juli 2023, hakim memutuskan bahwa penjualan XRP di bursa tidak melanggar hukum sekuritas, tetapi penjualan ke institusi dianggap melanggar.
Kasus ini masih berlangsung hingga 2025, dengan SEC mengajukan banding, tetapi optimisme pasar terhadap XRP tetap tinggi, sebagian karena ekspektasi regulasi yang lebih ramah di bawah pemerintahan baru AS.
Filantropi dan Kepedulian Sosial
Selain kesuksesan bisnisnya, Larsen juga dikenal sebagai filantropis. Pada tahun 2019, ia bersama istrinya, Lyna Lam, dan Rippleworks menyumbang $25 juta dalam bentuk XRP kepada San Francisco State University, yang mengarah pada penamaan ulang sekolah bisnis universitas tersebut menjadi Lam Family College of Business.
Ia juga mendirikan Chris Larsen Scholarship Fund di universitas yang sama. Pada tahun 2020, Larsen dan Ripple masing-masing menyumbang $1 juta kepada lima bank makanan di San Francisco untuk mendukung bantuan COVID-19, termasuk Alameda County Community Food Bank dan Second Harvest of Silicon Valley.
Larsen juga sangat peduli terhadap perubahan iklim. Ia mendirikan Larsen-Lam Climate Change Foundation, yang berfokus pada penghapusan karbon dioksida dan pengembangan bahan bakar nol emisi seperti hidrogen hijau.
Ia menyebut perubahan iklim sebagai "keadaan darurat" yang membutuhkan pendekatan dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan individu. Larsen melibatkan anak-anaknya dalam inisiatif ini, dengan putra sulungnya yang berusia 17 tahun pada 2025 mulai magang di bidang iklim.
Kehidupan Pribadi
Larsen menikah dengan Lyna Lam, yang menjabat sebagai direktur eksekutif A Khmer Buddhist Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan budaya masyarakat Khmer.
Pasangan ini memiliki dua anak. Larsen dikenal sebagai pembicara publik yang sering tampil di acara industri seperti Sibos dan IIF Annual Memberships Meeting, serta menulis artikel tentang sistem perbankan untuk publikasi seperti American Banker.
Warisan dan Pengaruh
Chris Larsen telah meninggalkan jejak yang signifikan dalam dunia fintech dan kripto. Melalui E-Loan, Prosper, dan Ripple, ia telah mengubah cara orang mengakses layanan keuangan, dari pinjaman hingga pembayaran global.
Visi pro-konsumennya, ditambah dengan dedikasinya terhadap privasi keuangan dan inovasi teknologi, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam revolusi digital di sektor keuangan.
Meskipun menghadapi tantangan seperti volatilitas pasar kripto dan gugatan SEC, Larsen tetap menjadi figur sentral dalam mendorong adopsi blockchain untuk pembayaran global, sekaligus berkontribusi pada isu-isu sosial seperti privasi, pendidikan, dan perubahan iklim.
Sumber Informasi:
- Wikipedia: "Chris Larsen"
- Forbes: "Chris Larsen"
- Forbes: "Ripple Chairman Chris Larsen's Net Worth Is Up $6 Billion Since Election Day"
- Rippleworks: "Our Story"
- DailyCoin: "Chris Larsen: Ripple’s Most Reliable Co-Founder"
- CoinGape: "Ripple Co-founder Chris Larsen Net Worth, Career, Personal Life"
- Investopedia: "Ripple Execs Are Now Billionaires Thanks to XRP's Success"
- SF State Magazine: "In Conversation with Chris Larsen"
- INDODAX: "Meet Chris Larsen, the visionary founder of Ripple Labs"